KEMIREN – Bolu kering atau yang biasa disebut dengan Kelemben oleh masyarakat Banyuwangi ini seringkali dicari saat Hari Raya Idul Fitri tiba. Pasalnya, Kelemben memang merupakan jajanan khas Banyuwangi, Jawa Timur yang memiliki rasa unik, manis dan gurih. Warnanya cokelat muda dan memiliki tekstur yang empuk. Resepnya pun tak sembarangan lantaran sudah diturunkan oleh para leluhur. Itu sebabnya, Kelemben menjadi jajanan favorit dan oleh-oleh khas Kabupaten Banyuwangi. Jum’at, (7/6/21).
Seperti salah seorang pembuat Kelemben di Banyuwangi, yakni Susiati (55) asal Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Ia mengatakan, jajanan Kelemben ini biasanya disajikan saat ada hajatan atau Lebaran tiba.
“Biasanya untuk proses pembuatannya sendiri memakan waktu yang lama. Saya mulai membuat kelemben sekitar pukul 05.00 WIB pagi hingga 17.00 WIB sore,” ujar Susiati saat ditemui di rumahnya.
Proses pembuatan kelemben dimulai dengan memecahkan telur lalu dikocok menggunakan mixer sampai mengembang. Selanjutnya ditambahkan tepung terigu, gula putih, gula aren, garam, dan soda kue. Bahan tersebut kembali dikocok menggunakan mixer hingga lembut. Setelah adonan jadi, kemudian dipanggang menggunakan cetakan kue berbahan besi di atas tungku. Setelah itu, tungku ditutup kembali menggunakan seng yang di atasnya diberi serabut kelapa yang sudah dibakar. Kemudian, tunggu sekitar 10 menit dan Kelemben pun siap untuk dihidangkan.
Biasanya, kue buatannya tersebut dibeli oleh para reseller yang nantinya dijual kembali ke para pedagang.
“ Ya kalau untuk hari biasanya, saya mampu membuat sekitar 6 kilogram kue Kelemben dalam satu minggu. Setiap kilogramnya berisi 45 kue yang dipatok dengan harga Rp 55 ribu. Sedangkan saat bulan Ramadhan, pesanan lebih meningkat. Sehari saya bisa membuat 11 kilogram,” jelasnya.
Susiati merasa sangat bersyukur lantaran omzet penjualan jajan Kelemben ini saat Bulan Ramadhan mengalami peningkatan.
“Alhamdulillah karena berkat menjual Kelemben ini, saya bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Intinya, sejak tahun 2008 hingga kini saya terus menggeluti usaha turun-temurun ini. Saya juga masih mempertahankan cara pembuatan secara tradisional agar hasil kuenya matang sempurna dan memiliki rasa yang sama seperti dulu-dulunya,” tandasnya.
Walaupun pernah mengalami kegagalan, baik dari percobaan baru dalam cara membuatnya dan pemasaran, Susiati tetap tak putus asa. Tak hanya sekedar membuat kue, namun dirinya kini juga turut melestarikan panganan khas Banyuwangi tercinta. Silakan icipi Kelemben dan kopi khas Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur.